Rabu, Februari 18, 2009

Zaman Fesbuk Versus Ponari Jilid II

Black CoMMuNity---

Saya sedih, tak habis pikir dengan fenomena masyarakat di Indonesia. Khususnya terhadap masyarakat yang masih percaya terhadap pengobatan konvensional. Meski belum terbukti secara medis, ribuan warga Jombang masih rela berdesakan di depan rumah Ponari.

Ponari, siswa SD yang dianggap sakti tak lagi bisa sekolah. Stelah tempat prakteknya ditutup, Selasa (17/2) tadi dibuka lagi. Padahal ia rindu belajar. Ia masih membutuhkan pendidikan. Entah dengan pertmbangan apa, ia tetap membuka 'pekerjaan baru' nya.

Disinyalir karena pendapatan Rp 1 miliar per hari, mendorong orangtuanya tetap membuka pengobatan massal itu. Aaahh, smoga kesimpulan itu tak benar. Meski tetap ada kemungkinan. Perasaan saya masih sedih, sebab pengobatan serupa semakin menjamur. Misalnya, di Jombang dan Banyuwangi.

Slamet, pria yang juga berasal dari Jombang, mengaku bisa mengobati penyakit yang diderita para pasiennya. Lucunya, ia mengklaim putrinya juga menemukan batu serupa yang ditemui Ponari. Masya Allah. Ada apa dengan bangsa ini?

Dengan air yang diberi jampi-jampi, Slamet melayani para pasiennya. Jumlahnya juga ribuan massa. Padahal bisa jadi, ia hanya numpang tenar atau ada tujuan lain. Saya tak ingin berprasangka lebih jauh. Yang pasti, masalah ini jangan dibiarkan.

Ini potret buram wajah bangsa. Kemiskinan kita. Padahal belum lama, pemerintah mengklaim angka kemiskinan turun. Tahun ini pun ditargetkan angka itu akan semaik turun hingga tiga persen. Aaaaaahhh, itu hanya permainan statistik.

Fakta di lapangan, ribuan warga rela menginap untuk mendapatkan layanan kesehatan yang belum dijamin kesembuhannya. Bahkan cenderung mengandung syirik; percaya pada batu yang dianggap sakti atau pada seseorang yang dinilai bisa menyembuhkan penyakit dengan cara-cara di luar nalar. Masya Allah.

Apakah layanan kesehatan benar-benar mahal. Atau begitu sulitnya mengurusi surat Gakin dan mendapat layanan gratis di puskesmas. Ini pukulan telak bagi Menkes, pemerintah, dan ulama.
Ulama? Ya. Setidaknya para ulama harus mampu membina akhlak dan keyakinan warga. Janganlah mendekati keburukan, apalagi kemusrykan.

Kini, Ponari jilid II kian menjamur. Selain Slamet di Jombang, ada lagi Ahmad Ihsanuli asal Banyuwangi. Tak jauh berbeda. Ia juga mengklaim menemukan batu serupa dengan batu Ponari, 19 tahun lalu.

Doh !!!
Nemunya, 19 tahun lalu, kenapa buka prakteknya sekarang? Anda sendiri yang bisa menilainya. Selaiknya, media juga jangan terlalu membesar-besarkan liputan ini. Khawatir, semakin banyak dukun-dukun dadakan yang mengklaim diri sebagai orang sakti.

Bagaimanapun media juga memiliki peran. Entahlah, seluruh pihak harus mampu mencegah peritiwa serupa. Saya kian khawatir, selain Ponari jilid II yang kian berkembang, akan ada lagi sensasi nyeleneh yang dilakukan putra-putri bangsa ini. Naudzu billah.

Ini zaman Fesbuk. Jangan ada lagi Ponari Jilid II ato Jilid lebih lanjut lainnya. Kasus ini memalukan. Ini POTRET BURAM KEMISKINAN di negeri yang sumber daya alamnya melimpah.

Masya Allah. Maaafkan kami Ya Allah. Maafkan kami..

Fabiayyi alaa irabbikumatukadziban. Berapa besar nikmat lagi yang engkau dustakan?
Berapa besar nikmat lagi yang engkau dustakan? Wallahu a'lamu

© Mahkamah Hati - Template by Blogger Sablonlari - Header image by Deviantart