Rabu, Februari 18, 2009

Hentikan Tayangan Kekerasan

Black In News---

Kesekian kalinya, polisi menemukan potongan video yang disebarkan di Kupang, NTT. Isi film yang beredar melalui ponsel itu mengenai tayangan kekerasan yang dilakukan sejumlah siswi. Padahal, mereka berasal dari salah satu sekolah favorit di kota itu.


Kekerasan. Laiknya ulah Geng Nero yang pernah ramai di media massa. Wajar, menurut saya. Sebab hampir setiap hari kita disuguhi tayangan destrtuktrif. Sinetron, misalnya. Yaah, lagu lama ini sepertinya tak pernah berhenti.

Lagi-lagi sinetron destruktif masih gentayangan di layar kaca. Hasil penelitian, kecaman, seolah angin malam yang lewat begitu saja. Mau bukti? (maaf tidak bermaksud mencemarkan nama).
Kita masih bisa lihat sinetron Hareem yang mencuat di milis dan sejumlah forum lain.

Tulisan Sirikit Syah, sempat muncul di majalah Sabili edisi Februari, menyinggung sinetron ini. Ada lagi sinetron Kasih dan Amara. Gadis SMU yang kerap disiksa/dilecehkan empat orang kawannya. Nafsu, cinta, dendam, teriakan, bentakan, darah, uang, perebutan kekuasaan, selingkuh.

Tema-tema ini masih berkutat di wajah sinetron ini. Maaf Bung, apa enggak ada tema lain? Mari kita kreatif. Mari mencerdaskan bangsa. Mari menyehatkan warga dengan siaran nilai edukasi yang bermakna. Anehnya, kedua sinetron di atas diputar di stasiun televisi yang sama.

Saya bukan pecinta sinetron. Tapi, semenjak Hareem dan sinteron buruk muncul di milis dan berbagai forum lain, membuat saya penasaran menyaksikan sinteron. Kesimpulan saya, memuakkan. Menyedihkan. Kita sudah jauh tertinggal dari negara lain.

Jangan benamkan generasi bangsa dengan siaran destruktif. Saya yakin, pnulis skenario, sutradara, produser, pemain, dan person yang terlibat dalam sinetron itu masih memiliki nurani untuk mencerdaskan bangsa.

Tapi, apa iya ya? Sebab, di akhir tayangan sinetron Hareem, misalnya. Selalu muncul seorang (yang mengaku) ustadz untuk memberikan tausiyahnya. Bahkan, tayangan Selasa (17/2) tadi malam, ia menyebut kisah yang baru diputar itu menarik. Banyak manfaatnya.

Ok, taruhlah ada manfaatnya. Tapi, mari kita lihat secara utuh. Pandang dari sudut yang berbeda. Masyarakat di bawah tak sedikit yang mahir menjadi imitator ulung yang meniru adegan di layar kaca.

Af1 ya ustadz. Saya fikir lebih baik melakukan dakwah dari kampung ke kampung. Rumah ke rumah. Di sana, masih banyak yang harus dibina. Jangan.. Jangan mau menjadi ustadz dari sinetron yang banyak dikecam. Masya Allah. Mari hentikan tayangan kekerasan..

Bukan buat kita. Tapi untuk masa depan bangsa ini. Masa depan bangsa besar yang kita cintai ini. Mari Bung, ustadz.. Ayo !!!

© Mahkamah Hati - Template by Blogger Sablonlari - Header image by Deviantart