Rabu, Maret 18, 2009

Cerita dari Makam

Black In News---

Bravo penggali kubur!!! Loh loh loh, opo maksude? ^_^.. Yup. Hampir sepekan lalu, gue lagi terinspirasi sama penggali kubur. Tiba-tiba saja profesi mulia nan menyeramkan itu menggelayuti pikiran. Gak tau dari mana, sesuatu yang berhubungan dengan penggali kubur, berlari dan berhenti di kepala gue.

Ciiiitt. Yup, sejenak gue membayangkan gimana kalau dunia ini tak ada penggali kubur. Lantas siapa ya, yang rela menggali makam-makam? Ah, jawabannya tentu beragam. Profesi unik ini sampai-sampai memancing noktah kejahilan gue ikut muncul.

Klo ada seseorang yang nanya profesi, kadang berseloroh, "Gue sekarang aktif jadi penggali kubur." Persisnya penggali kubur kucing ^_^. Cita-cita? Waduh, janganlah. Bahkan, SOP nya aja gak ngerti hehe.

Penggali kubur, mungkin, tak bisa dipisahkan dari sebuah makam. Kuburan. Dari varian cerita, satu hal yang menurut gue menarik; biaya. Saat ini, masyarakat tak hanya mengeluhkan mahalnya biaya hidup. Tapi, biaya kematian pun seperti ancaman badai yang datang setelah ditimpa kesedihan.

Memang pemerintah telah menetapkan biayanya; lengkap sesuai kelas atau tipe makam. Bahkan mulai 201o, pemerintah akan memberikan subsidi Rp 300 ribu per makam untuk tiga penggali kubur. Setiap TPU pun, diwajibkan memasang ketentuan Perda No 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman yang mengatur besaran biaya pemakaman dan izin penggunaan tanah makam.

Faktanya, bukan stasiun utawa terminal saja yang dibanjiri calo. Makam pun tak lolos dari tangan-tangan calo. Pungutan liar, dan sebagainya. Harga resmi ratusan ribu bisa membengkak menjadi jutaan rupiah per makam.

Setiap pemakaman umum kira-kira memiliki 20 penggali kubur. Belum dipastikan staf TPU utawa penggali kubur yang memungut pungli. Kedua-duanya? Bisa saja. Tapi jangan dulu menuding. Ok, ini cerita biaya pemakaman.

Bagaimana dengan biaya perbaikan? Masyarakat Bayan Beleq, NTB, pernah mengadakan prosesi Pesta Gawe Alip. Prosesi untuk memperbaiki makam Reak; makam nenek moyang masyarakat Bayan. Biayanya sekitar Rp 42 juta.

Ada lagi cerita dari makam tentang penggalian makam pahlawan yang sempat tertunda. Kabarnya salah satu makam pahlawan nasional Tan Malaka, akan digali pada 12 Maret lalu. Tan Malaka diduga sempat menghilang.

Persisnya sekitar 19 Februari 1949. Kemudian pada Maret 1963 Presiden Soekarno menetapkan Tan Malaka menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan Kepres No. 53 Tahun 1963. Sayang, penggalian makamnya ditunda.


Alasannya karena kendala surat izin dari Departemen Sosial bidang Kesejarawanan dan Kepahlawan yang belum selesai. Akhirnya penggalian makam itu batal dilaksanakan sesuai rencana. Penggalian ini diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp 100 juta.

Ada pula kisah lain dari makam. Taman Pemakaman Pahlawan Kalibata, Jakarta, disebut-sebut banyak diisi para koruptor. Dengan predikat negatif itu, makam pahlawan Tan Malaka pun tidak direkomendasikan di makamkan di TMP tersebut.

Coba simak okezone edisi 2 Maret 2009. Dilaporkan, Profesor Zulhasril Nasir, Tim Penasihat dari Kementerian Sosial Republik Indonesia memberikan rekomendasi di mana jasad serta tulang belulang Tan Malaka akan dikuburkan jika terbukti setelah tes DNA.

"Jangan di Taman Makam Pahlawan, banyak koruptor, kita serahkan saja kepada keluarga, dan kalau bisa jangan di kampung halamannya atau di Kediri, karena Tan Malaka milik rakyat Indonesia," tuturnya, seperti dilansir dari situs itu.

Hohoho. Ada-ada saja ya. Memang, sangat banyak cerita dari makam. Tulisan ini hanya sebagian kecilnya saja. Ada yang mau nambahin kisah tentang makam lainnya? ^_^..

© Mahkamah Hati - Template by Blogger Sablonlari - Header image by Deviantart